Search For

4/22/2014

Kecak Dance






Cak..cak…cak…cak…yah itu adalah sepenggal nyanyian para penari Kecak. Sebuah tarian yg sangat menarik dengan ratusan orang penari dan menyanyikan lagu2 bernada unik dan teratur.
Ada sesuatu hal yang menarik buat saya tulis di blog ini waktu liat tari kecak kemaren di Uluwatu. Kalau ngelihat sih udah sering, dibilang bosan..yah gak begitulah. Cuman tumben yg kemaren agak sedikit takjub saya menyaksikannya, terutama saat Hanoman menendang2 api yg gede.


Cerita dulu yah tentang sejarah tari Kecak ini. Dari sumber yg pernah saya baca, tarian ini sudah ada sejak th 1930-an. Entah darimana asalnya, tarian ini menjadi sebuah kesenian massal yg berkembang dari desa ke desa, sampai akhirnya menjadi suatu tarian tetap bagi para turis yg berlibur ke Bali. Melihat ceritanya, tari kecak mengambil lakon Ramayana, tapi tidak utuh. Yang diambil cuman penggalan cerita saat Dewi Sita (istrinya Rama) diculik oleh Rahwana, kemudian dibebaskan oleh Sang Hanoman. Jumlah penari Kecaknya sendiri sekitar 100-an orang laki-laki. Kadang ada juga yang mencapai ribuan orang seperti yg bulan september nanti dipentaskan di Tanah Lot. Para penari Kecak ini sendiri melambangkan api, sebagai pembatas dari arena tari itu sendiri. Ke-khas-an dari para penari kecak ini adalah tidak memakai baju, cuman kain hitam putih saja, dan selama 1 jam show, mereka akan menari sambil menyanyikan lagu2 khas kecak sebagai musik pengiring cerita. Oh yah, tarian kecak ini tidak menggunakan gambelan sebagaimana tarian Bali lainnya, melainkan hanya menggunakan suara penari kecak saja berupa acapella. Bayangkan, 1 jam non stop nyanyi. Emang capek seh, tapi bagi mereka that’s fun.

Tarian Kecak yg ada di Uluwatu juga mengambil lakon Ramayana. Atraksi yg paling ditunggu oleh penonton adalah saat Sang Hanoman yg tertangkap oleh anak buah Rahwana,dalam keadaan tangan terikat kemudian dibakar dengan api. Api berasal dari sabut kelapa yg telah direndam minyak tanah. Bayangkan, apa ga gede tuh apinya. Sebelum api dinyalakan, ada seorang pemangku (holy man) yg melakukan suatu ritual didepan Sang Hanoman yg sedang diikat dalam posisi duduk. Oleh bapak Pemangku ini, Hanoman diperciki air suci (tirta). Bersamaan dengan itu, sabut kelapa yg mengelilingi tubuh Hanoman mulai dibakar. Byurrr….apinya besar banget, ampe panasnya terasa dalam radius 10 meter. Tapi tiba2, Sang Hanoman berdiri sambil melepaskan ikatan tangannya dan tanpa ragu menendang api-api tsb ke segala arah sampai api tsb padam semuanya. Woww..apa ga kebakar tuh kakinya?? ya paling tidak panas gitu???. Ternyata TIDAK. Disinilah takjubnya saya kemaren. Biasanya api yg ditendang tersebut hanya berupa bara kecil saja, dan tendangannya juga ga jauh. Tapi yg ini, busyett…kayak nendang penalti ajah dalam bola. Nendangnya kenceng banget saat api lagi gede-gedenya. Sampai-sampai penonton yg dibarisan depan pada kabur menyelamatkan diri…Uedann tenan….

Rasa penasaran ini mengusik saya untuk bertanya kepada Bapak Pemangku yang tadi dibelakang panggung, kenapa kok Hanoman nginjek api ga ngerasain apa. Nah ada cerita menarik tentang hal ini. Sebenarnya, gelung (mahkota) yang dipakai oleh si penari Hanoman itu yang mengakibatkan kebal. Penari Hanoman pada saat diperciki air suci mengalami proses trance (kerasukan). Siapa yang merasuki? Adalah betara (spirit) yang ada disebuah pura disekitar kawasan Uluwatu. Ceritanya begini, kelompok penari Kecak ini saat membentuk grup kecak, pernah melakukan suatu ritual di salah satu pura di Uluwatu, mohon agar grupnya diberikan suatu kekuatan magis yang mampu menjadi daya tarik bagi penonton. Dari beberapa gelung yg disiapkan dalam tokoh cerita Ramayana, ternyata mahkota utk Hanoman yang diberikan suatu kekuatan magis. Siapapun yang menarikan tokoh Hanoman, saat pentas akan mengalami suatu proses trance dan kebal terhadap api. Biasanya, agar sebuah tari menjadi lebih hidup dan sakral, kelompok2 tari melakukan suatu ritual di pura-pura yang diyakini memiliki magic power, dengan harapan tarian yang mereka sajikan memilki kekuatan magis juga. Karena tarian Bali selalu memakai mahkota atau gelung ini, maka yang dipersembahkan untuk diberikan power adalah gelung-nya.

Kembali ke tokoh Hanoman tadi, saya juga penasaran dan pengen nanya langsung ke penarinya. “Bli, apa ga panas tadi nginjak api”. Jawaban Bli Made sang penari, “Waduh, tadi saya gak ingat apa-apa setelah diperciki air suci. Yang saya rasakan badan ini rasanya kebal dan tenaga saya jadi gede. Saya lihat api itu seperti layaknya sebuah bola. Biasa saja tuh”, kata dia sambil memeperlihatkan kakinya kepada saya. Emang ga ada luka sedikitpun, apalagi luka bakar. Dalam hati saya, “Mmhh..this is Bali, a magic island”.

Kalau anda sempet mengunjungi Uluwatu Temple saat sunset, jangan lewatkan tarian Kecak-nya. Arenanya di alam terbuka, menghadap ke arah tebing dan pura Uluwatu, sambil melihat sang mentari tenggelam di laut. Sangat indah…Tiket masuk per orang cuman IDR 100.000


.- (sama seperti tarian2 lain di Bali, kan mengikuti SK Gubernur Bali ttg tiket pertunjukan seni). Durasinya 1 jam dari jam 18.00-19.00. During show, you are free to take the picture, and free also to take pictures together with the dancer after the show finish.





No comments: